MUIRancah - Pihak Majelis Ulama Indonesia menyebut bahwa keberadaan wanita berkelamin pria atau yang biasa disebut waria menyalahi kodrat dan jauh dari nilai-nilai agama itu sendiri.
Maraknya
waria harus disikapi secara positif untuk dibenahi oleh lembaga yang
berwenang.
Ketua MUI Bidang Hubungan Antaragama, Slamet Effendi
Yusuf mengatakan sudah seharusnya pemerintah terutama instansi terkait
bergerak untuk mengatasi permasalahan sosial ini. Maraknya waria karena
muncul atas desakan kebutuhan hidup yang sudah terbiasa.
Menurut pengamatannya, prostitusi waria ini bukannya berkurang tapi
malah bertambah banyak. “Kalau MUI ya fatwanya jelas itu menyalahi
kodrat. Di Islam itu hanya ada pria dan perempuan. Seks ala waria dan
praktik prostitusinya itu haram dilarang agama,” kata Slamet kepada
detikcom di Jakarta Selasa (19/11), kemarin.
Dia menjelaskan persoalan maraknya waria merupakan sebuah kenyataan
hidup yang kompleks. Justru fakta ini jangan dibiarkan dan harus ada
respon untuk melakukan perbaikan. Salah satu yang dilakukan ada
pembenahan mental serta spritual oleh pihak yang berwenang untuk
membimbing para waria.
Menurut Slamet selama ini sebenarnya para waria tersebut ingin kembali
kepada kodratnya. Namun masyarakat masih sulit menerima. Mestinya setiap
Dinas Sosial yang menertibkan waria punya kerjasama dengan Kementerian
Sosial atau lembaga swadaya untuk membimbing para waria.
Selama ini, para waria yang tertangkap dan dikarantina, setelah bebas
masih akan kembali lagi ke dunia prostitusi. Lemahnya bimbingan agama
dan minimnya pengetahuan dampak profesi waria tidak diketahui mereka.
“Mereka (waria) cuma tahu cari duit ya jadi PSK waria. Ini yang salah.
Tapi, kalau mereka ingin berkarya secara positif dan berubah ya dikasih
jalan. Jangan dikucilkan,” katanya.
Hal senada dikatakan Ketua
MUI lain, Amidhan. Menurut dia keinginan waria untuk kembali ke
kehidupan normal perlu disikapi secara positif dan diterima masyarakat.
“Kalau dia (waria) ingin bermanfaat bagi orang lain, jangan dicap
negatif dulu. Lihat prosesnya dan lakukan bimbingan yang benar. Bukan
malah menghujat,” kata Amidhan.
[detik]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar